Beberapa waktu lalu, seorang sejawat dekat saya bercerita. Kolega ini mengaku sering tidak habis pikir dengan keadaan orang orang yang sehari hari berjualan sesuatu yang tampak remeh temeh, sebutlah seperti kanebo (lap motor).
Sering kita temukan orang berjualan karet lap itu di sejumlah titik titik lampu merah di Jakarta dengan curah panas matahari yang menyalak persis di ubun ubun. Ada juga orang di sekitar kita, mungkin kenalan kita, yang sehari hari berjualan masker yang harga seribuan. Ada yang berjualan kardus bekas, ada yang menjadi tukang parkir, dan lain lain.
Tapi nyatanya, manusia manusia pekerja keras ini tetap selalu semangat setiap hari melakukan aktifitas berjualan, walaupun tampak dagangan mereka seperti tidak laris laris amat. Kendati begitu, mereka mengais rejeki dari Tuhan terus menerus. Setiap hari.
Sungguh Maha Kuasa Tuhan meliputi setiap usaha usaha hamba-Nya. Tidak ada yang sia sia dari usaha usaha tersebut. Jiwa besar dan semangat yang tak pernah padam akan melahirkan kemenangan demi kemenangan. Kesuksesan demi kesuksesan. Kebahagiaan demi kebahagiaan.
Mungkin setiap hari di sekitar lingkungan aktifitas kita, kita sering menemukan orang orang yang hanya berjualan permen secara direct seeling alias menjajakan langsung, seperti di angkutan angkutan umum atau di kereta, namun luar biasa, mereka bisa eksis pekerjaan pekerjaan dengan itu. Mereka bahagia meski secara lahir mereka tak punya banyak uang.
Mereka juga tampaknya menikmati pekerjaan itu tanpa ada rasa malu. Tanpa rasa hina. Merekalah, bagi saya, para pemburu rahmat dari Tuhan. Sebab rejeki yang datang kepada kita sesungguhnya adalah bentuk rahmat dan kasih sayang Tuhan kepada kita.
Coba kita bayangkan. Misalnya, di sebuah lorong atau koridor di dalam sebuah pasar, semua pedagang yang ada di situ menjajakan dagangan yang sama, menjual pisang semua umpamanya. Maka logikanya mereka tentu akan bersaing untuk mendapatkan pembeli. Sementara itu sering kita temukan koridor yang benar benar sepi pengunjung, sehingga disinilah bisa jadi para pedagang bisa dikata untung untungan. Namun Tuhan tidaklah buta. Siapa saja hamba-Nya yang mau bekerja, pasti akan mendaptkan hasil yang bagus.
Dari pengalaman dengan pandangan mata lahir itu, kita (khususnya buat saya) seharusnya dapat mengambil pelajaran di sana dan menyentak sanubari kita bahwa masih banyak orang yang tidak mampu di bawah kita, tapi mereka mau bekerja, mereka mau berjibaku dengan pola hidup yang teramat kejam di negeri ini.
Di saat para konglomerat berhasil meraup bergunduk gunduk harta dari hasil menipu seperti kasus yang menimpa sejumlah petinggi bank di negara ini, kita saksikan sebuah kontradiksi yang pahit: Orang orang kecil begitu terseok seok memperbaiki pendapatan mereka untuk menyekolahkan anak anak mereka, menafkahi karib kerabat mereka. Sementara orang orang kaya itu hartanya seperti unlimited, harta mereka terus berbunga, terus bertambah, inilah mereka para perampok bengis.
0 komentar:
Posting Komentar